Siapa yang tidak tahu pohon tersem yang berada di depan
kampus? Pohon yang menjulang tinggi dan rindang hanya kurun waktu 3 tahun saja.
Yaaa… hanya 3 tahun dia sudah bisa menaungi kampus dari sengatan teriknya
matahari dan gersangnya kemarau yang
panjang.
Yaaa… hanya 3 tahun saja dia sudah bisa bersedekah begitu
banyaknya dengan membiarkan buahnya diambil oleh orang orang di sekitarnya.
Berbeda dengan manusia itu sendiri sudah 25 tahun mungkin sekarang,sulit sekali
mereka untuk bersedekah.
Pohon tersem yang ada di depan kampus, dia tak pernah
menyalahkan angin walaupun daun yang jatuh karenanya. diapun tak pernah
menyalahkan anak anak karena termasuk anak anak jugalah yang mengakibatkan
daunnya berjatuhan. Lalu harus menyalahkan siapakah pohon tersem tersebut?
Kalian tau dia tak pernah menyalahkan siapapun, justru yang
dia lalukan setiap harinya selalu memberi dan memberi buahnya . berbeda dengan
manusia yang hanya ingin diberi saja walaupun pangkat yang di pundaknya sudah
lampau tinggi.
Pohon tersem tak pernah menyalahkan siapapun walau orang
menyambil buahnya sambil mematahkan dahannya. Lihat dan lirik aku (pohon
tersem), kalian lihat betapa kumuhnya aku karena dedaunan yang layu akibat
dahan yang patah, tapi aku yang menyalahkan siapapun. Aku bersyukur telah
tumbuh dan besar disini bersama mahasiswa mahasiswa yang akan menjayakan
Indonesia 2045.
Aku bersyukur tumbuh besar disini dengan mahasiswa mahasiswa
yang melantunkan ayat suci alqur’an di hadapanku, mungkin karena hal keberkahan
itulah aku jadi tumbuh dan besar seperti ini. Yang ku hapal dari bacaan ayat
suci alqur’an yang dibacakan mahasiswa hanya lah satu.
فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ “ Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan". Yah kalimat inilah yang aku selalu dengar
setiap hari, sehingga hapal dan masuk kealam bawah sadarku serta menjadikanku
untuk selalu bersyukur dan bersyukur. Mungkin karena rasa syukur ini selalu dipanjatkan
jugalah buahku makin banyak setiap harinya. Ayat ini sebenarnya diperuntukkan untuk manusia dan jin bukan aku
sebagai pohon. Alahkan lebih indahnya jika dielektika pohon tersem itu di
ejawantahkan oleh kita semua.
Comments
Post a Comment
Silahkan Berkomentar dan Sesuai dengan Topik Pembahasan...